(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Harga Kakao Bakal Melambung Hingga US$ 3500 Per Ton

26 November 2010 Admin Website Artikel 11277

Jakarta - Harga bijih kakao diperkirakan akan menembus hingga US$ 3.500 per ton pada tahun depan. Saat ini harga biji kakao sudah mencapai direntang harga US$ 2.800-3.000 per ton.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Kakao Fermentasi Indonesia (AKFI) Syamsuddin Said kepada detikFinance, Kamis (25/11/2010).

"Sekarang harga kakao hampir US$ 3.000 per ton, ini bakal naik terus karena permintaan terus naik. Setiap tahun paling tidak dunia permintaannya naik 5% tumbuh. Tahun depan diperkirakan sampai US$ 3.500," katanya.

Syamsuddin menuturkan jika dibandingkan dengan kondisi harga biji kakao tahun lalu dan sebelumnya, harga kakao tahun 2010 ini sungguh membuat petani sumringah. Sebelumnya, harga biji kakao dalam rupiah per kilogramnya hanya diharga Rp 9000-10.000 sementara sekarang sudah mencapai diatas Rp 20.000 per Kg.

"Ini sudah lebih dari dua kali lipat, petani sangat senang," katanya.

Menurutnya, saat ini kebutuhan kakao dunia hingga mencapai 5 juta ton per tahun. Sementara Indonesia bisa menyuplai kebutuhan atau produksi kakao 500.000-600.000 per tahun.

Indonesia tercatat sebagai negara produsen biji kakao ketiga di dunia. Menurut data International Cocoa Organization (ICCO) 2009. Posisi pertama ditempati Pantai Gading dengan produksi 1,22 juta ton per tahun atau memegang pangsa pasar 38,7%. Posisi kedua Ghana dengan produksi 680.000 ton atau 21,6%, dan Indonesia 540.000 ton atau 16,2%.

"Hampir 5 juta ton kebutuhan dunia per tahun, Indonesia akan menjadi ranking kedua di tahun 2013," ucapnya.

Ia menambahkan, pemerintah menurutnya sudah mengambil langkah yang  sangat tepat dengan mengeluarkan kebijakan bea keluar (BK) kakao mulai April 2010. Kebijakan ini telah banyak mengundang investasi untuk membangun pabrik pengolahan kakao di sentra-sentra kakao di Indonesia.

"Kita minta agar kakao difermentasi agar nilai jualnya bisa lebih tinggi. Kerugian petani bisa diatasi.  Mulai tahun 2011 kita minta setiap ekspor kakao dalam bentuk kakao fermentasi," seru Said.

 

DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, JUMAT, 26 NOPEMBER 2010

Artikel Terkait