Industri Sawit Indonesia Mampu Geser Malaysia
23 Februari 2012
Admin Website
Artikel
3967
NUSA DUA. Perkembangan
industri kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat, hal ini dapat
menjadikan Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia
melampaui Malaysia.
Peningkatan itu dapat dicapai dengan menggenjot sektor produksi mulai dari sektor pertanian hingga perusahaan swasta.
"Lahan sawit pertanian rakyat saat ini masih terbilang rendah produksinya, sekitar 2-3 ton per hektare (ha), kita akan coba lakukan peningkatan produksi dengan melakukan replanting, perawatan pemupukan yang baik sehingga diharapkan produksi sawit petani mendekati swasta. Saat ini swasta yang baik saja mendekati 6 ton per hektare (ha), jika sudah rata-rata 4 ton saja (perkebunan petani) kalau bisa maka produktivitas kita 2 kali Malaysia," kata Menteri Pertanian Suswono seusai membuka konferensi ICOPE (international conference on palm oil and environment) di Bali, Rabu (22/2).
Suswono menyebut dengan lahan yang ada saat ini saja, yakin 2 juta ha sudah cukup memadai. Diluar itu, ia menilai produksi masih bisa lebih digenjot dengan potensi lahan diatas 10 juta ha. Terkait perkebunan sawit yang dilakukan petani, Suswono menganggap saat ini merupakan waktu yang baik bagi petani karena sedang menikmati keuntungan.
"Dari sisi pertanian, perkebunan sawit hampir separonya milik pertanian rakyat, saat ini relatif petani-petani kelapa sawit rakyat menkmati keuntungan yang mulai membaik. Bahkan, kecenderungannya lahan-lahan pertanian beralih ke sawit, tentu saja ini tidak boleh terjadi, kita akan fokuskan untuk peningkatan disektor produktivitas," lanjut Suswono.
Untuk melindungi lahan pertanian, Suswono menyebut sudah melindungi lahan pertanian agar tidak berubah fungsi. Petani diberikan insentif agar lahan pertanian yang berkelanjutan tidak dialihkan ke sektor lainnya.
"Sebenarnya sekarang sudah ada UU lahan pertanian berkelanjutan, karena itu petani yang memiliki lahan berkelanjutan mendapatkan insentif. Untuk pembukaan lahan-lahan baru tentu bukan dihutan alam, sekarang ini memang sebaiknya menata ulang," tutup Suswono.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, KAMIS, 23 PEBRUARI 2012
Peningkatan itu dapat dicapai dengan menggenjot sektor produksi mulai dari sektor pertanian hingga perusahaan swasta.
"Lahan sawit pertanian rakyat saat ini masih terbilang rendah produksinya, sekitar 2-3 ton per hektare (ha), kita akan coba lakukan peningkatan produksi dengan melakukan replanting, perawatan pemupukan yang baik sehingga diharapkan produksi sawit petani mendekati swasta. Saat ini swasta yang baik saja mendekati 6 ton per hektare (ha), jika sudah rata-rata 4 ton saja (perkebunan petani) kalau bisa maka produktivitas kita 2 kali Malaysia," kata Menteri Pertanian Suswono seusai membuka konferensi ICOPE (international conference on palm oil and environment) di Bali, Rabu (22/2).
Suswono menyebut dengan lahan yang ada saat ini saja, yakin 2 juta ha sudah cukup memadai. Diluar itu, ia menilai produksi masih bisa lebih digenjot dengan potensi lahan diatas 10 juta ha. Terkait perkebunan sawit yang dilakukan petani, Suswono menganggap saat ini merupakan waktu yang baik bagi petani karena sedang menikmati keuntungan.
"Dari sisi pertanian, perkebunan sawit hampir separonya milik pertanian rakyat, saat ini relatif petani-petani kelapa sawit rakyat menkmati keuntungan yang mulai membaik. Bahkan, kecenderungannya lahan-lahan pertanian beralih ke sawit, tentu saja ini tidak boleh terjadi, kita akan fokuskan untuk peningkatan disektor produktivitas," lanjut Suswono.
Untuk melindungi lahan pertanian, Suswono menyebut sudah melindungi lahan pertanian agar tidak berubah fungsi. Petani diberikan insentif agar lahan pertanian yang berkelanjutan tidak dialihkan ke sektor lainnya.
"Sebenarnya sekarang sudah ada UU lahan pertanian berkelanjutan, karena itu petani yang memiliki lahan berkelanjutan mendapatkan insentif. Untuk pembukaan lahan-lahan baru tentu bukan dihutan alam, sekarang ini memang sebaiknya menata ulang," tutup Suswono.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, KAMIS, 23 PEBRUARI 2012