Negara-negara Ini Mendominasi Investasi di Kaltim
19 Februari 2016
Admin Website
Berita Daerah
5176
SAMARINDA. Nama Benua Etam di dunia
masihdianggap sebagai salah satu lokasi terbaik menanamkan modal.
Investor asing masih terus mendatangkan modalnya berduyun-duyun dari
tahun ke tahun. Hingga akhir 2015, terdapat 20 negara yang telah
berinvestasi di Kaltim. Korea Selatan (Korsel) dan Singapura merupakan
penanam modal terbesar.
Investasi yang masuk melalui Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kaltim, dari 20 negara tersebut merealisasikan sebanyak 420 proyek di berbagai sektor. Sebagai pemodal terbesar, Korsel dan Singapura mencapai share lebih 30 persen dari total realisasi penanaman modal asing (PMA) di Kaltim.
Sementara dilihat dari jumlah proyek, Malaysia berhasil mendaratkan investasi terbanyak kedua setelah Singapura. Yakni, Negeri jiran membukukan 48 proyek senilai USD 148,8 juta, sementara Singapura mencatatkan 90 proyek yang totalnya senilai USD 303,1 juta. Korsel, hanya 26 proyek, tapi nilai proyeknya terakumulasi lebih besar seniali USD 438,4 juta.
Kepala BPMPTSP Kaltim Didi Rusdiansyah menjelaskan, proyek-proyek yang dilaksanakan Korsel, berada pada sektor pertambangan, melalui PT Kideco Jaya Agung yang tercatat merealisasikan investasi di Balikpapan. Dari PT Kideco Jaya Agung terakumulasi lima proyek, dengan serapan buruh sebanyak 610 tenaga kerja Indonesia (TKI) dan 32 tenaga kerja asing (TKA).
Sementara itu, lanjut dia, investasi PMA dari Singapura kebanyakan berada pada sektor perkebunan kelapa sawit. Yakni, PT Niaga Mas Gemilang yang berinvestasi hingga USD 45,58 juta di areal perkebunan sawit Kukar. "Selanjutnya (dari Singapura), ada PT Teguh Swakarsa Sejahtera yang menanamkan modalnya sebesar USD 33,27 juta untuk perkebunan kelapa sawit di Kubar," imbuhnya.
Didi menambahkan, investasi asal Singapura yang terbesar berasal dari PT Farinda Bersaudara dengan nilai USD 111,72 juta, pada sektor perkebunan dan industri makanan di Kubar. Sebanyak 2.633 tenaga kerja baik Indonesia dan asing akan dilibatkan investasi yang terbagi dalam lima proyek ini.
"Gambaran negara asal investor ini dapat menjadi rujukan bagi Pemprov Kaltim, khususnya kami (BPMPTSP), untuk meningkatkan promosi investasi pada negara-negara tersebut. Tapi, bukan berarti lupa memberikan perhatian pada negara potensial lainnya. Langkah yang tepat untuk itu adalah keterlibatan aktif dalam berbagai even promosi di berbagai negara. Tentu saja sambil terus melakukan kajian potensi ekonomi yang dapat ditawarkan," urai dia.
Diketahui, hingga Desember 2015, realisasi investasi PMDN dan PMA di Kaltim mencapai angka Rp 39,38 triliun. Yaitu, terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 9,61 triliun dan PMA sebanyak Rp 29,77 triliun. Jika dikomparasikan dengan target realisasi investasi pada 2015, dapat menembus angka 106,12 persen.
Terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri Kaltim (Kadin) Kaltim Fauzi A Bachtar menyatakan, pihaknya menyambut gembira antusiasme investasi di Kaltim. Hal itu terlepas dari mana pun asal negara penanam modal tersebut. "Harapan kami, investasi ini segera bisa terealisasi dengan kegiatan nyata, agar membangkitkan pertumbuhan ekonomi di Kaltim," ucapnya. (mon/lhl/k18)
SUMBER : KALTIM POST, SELASA, 16 FEBRUARI 2016
Investasi yang masuk melalui Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kaltim, dari 20 negara tersebut merealisasikan sebanyak 420 proyek di berbagai sektor. Sebagai pemodal terbesar, Korsel dan Singapura mencapai share lebih 30 persen dari total realisasi penanaman modal asing (PMA) di Kaltim.
Sementara dilihat dari jumlah proyek, Malaysia berhasil mendaratkan investasi terbanyak kedua setelah Singapura. Yakni, Negeri jiran membukukan 48 proyek senilai USD 148,8 juta, sementara Singapura mencatatkan 90 proyek yang totalnya senilai USD 303,1 juta. Korsel, hanya 26 proyek, tapi nilai proyeknya terakumulasi lebih besar seniali USD 438,4 juta.
Kepala BPMPTSP Kaltim Didi Rusdiansyah menjelaskan, proyek-proyek yang dilaksanakan Korsel, berada pada sektor pertambangan, melalui PT Kideco Jaya Agung yang tercatat merealisasikan investasi di Balikpapan. Dari PT Kideco Jaya Agung terakumulasi lima proyek, dengan serapan buruh sebanyak 610 tenaga kerja Indonesia (TKI) dan 32 tenaga kerja asing (TKA).
Sementara itu, lanjut dia, investasi PMA dari Singapura kebanyakan berada pada sektor perkebunan kelapa sawit. Yakni, PT Niaga Mas Gemilang yang berinvestasi hingga USD 45,58 juta di areal perkebunan sawit Kukar. "Selanjutnya (dari Singapura), ada PT Teguh Swakarsa Sejahtera yang menanamkan modalnya sebesar USD 33,27 juta untuk perkebunan kelapa sawit di Kubar," imbuhnya.
Didi menambahkan, investasi asal Singapura yang terbesar berasal dari PT Farinda Bersaudara dengan nilai USD 111,72 juta, pada sektor perkebunan dan industri makanan di Kubar. Sebanyak 2.633 tenaga kerja baik Indonesia dan asing akan dilibatkan investasi yang terbagi dalam lima proyek ini.
"Gambaran negara asal investor ini dapat menjadi rujukan bagi Pemprov Kaltim, khususnya kami (BPMPTSP), untuk meningkatkan promosi investasi pada negara-negara tersebut. Tapi, bukan berarti lupa memberikan perhatian pada negara potensial lainnya. Langkah yang tepat untuk itu adalah keterlibatan aktif dalam berbagai even promosi di berbagai negara. Tentu saja sambil terus melakukan kajian potensi ekonomi yang dapat ditawarkan," urai dia.
Diketahui, hingga Desember 2015, realisasi investasi PMDN dan PMA di Kaltim mencapai angka Rp 39,38 triliun. Yaitu, terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 9,61 triliun dan PMA sebanyak Rp 29,77 triliun. Jika dikomparasikan dengan target realisasi investasi pada 2015, dapat menembus angka 106,12 persen.
Terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri Kaltim (Kadin) Kaltim Fauzi A Bachtar menyatakan, pihaknya menyambut gembira antusiasme investasi di Kaltim. Hal itu terlepas dari mana pun asal negara penanam modal tersebut. "Harapan kami, investasi ini segera bisa terealisasi dengan kegiatan nyata, agar membangkitkan pertumbuhan ekonomi di Kaltim," ucapnya. (mon/lhl/k18)
SUMBER : KALTIM POST, SELASA, 16 FEBRUARI 2016