Tsunami Jepang Pengaruhi Harga Karet
24 Maret 2011
Admin Website
Artikel
4176
BANJARMASIN--MICOM: Gempa dan tsunami di Jepang membuat harga
karet yang beberapa pekan sebelumnya turun semakin anjlok. Kondisi itu
membuat para petani karet di Kalimantan Selatan rugi sehingga mereka
terpaksa mulai beralih menanam padi gunung.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan (Kalsel) Gusti Yusni Iqbal, Kamis (24/3), mengatakan harga karet terpengaruh karena industri otomotif dan industri berbahan baku karet alam di Negeri Sakura itu terkena dampak bencana yang menewaskan puluhan ribu orang tersebut.
"Saat ini para importir karet menahan pembelian karet alam, sehingga harga karet ikut anjlok," katanya.
Ekspor karet Kalsel setiap tahun mencapai lebih dari 110.000 ton. Sebanyak 20% di antaranya diekspor langsung ke Jepang dan 25% ke China. Sisanya dipasok ke importir di Singapura, yang
sebagian juga memasok untuk kebutuhan industri Jepang.
Saat ini harga karet di tingkat petani Kalsel hanya Rp3.000 per kilogram, anjlok dari harga normal yang mencapai Rp16.000 hingga Rp18.000. Namun, menurut Iqbal, pihaknya optimistis harga karet akan kembali membaik seiring bangkitnya industri di Jepang dan semakin meningkatnya kebutuhan dunia akan komoditas karet, serta membaiknya harga minyak.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Kalsel Haryono mengatakan, selain pengaruh gempa dan tsunami Jepang, anjloknya harga karet juga disebabkan adanya Peraturan Pemerintah tentang Karet Bersih. "Sebagian besar karet rakyat kualitasnya rendah, sehingga banyak pabrik membeli dengan harga rendah," tuturnya.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, KAMIS, 24 MARET 2011
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan (Kalsel) Gusti Yusni Iqbal, Kamis (24/3), mengatakan harga karet terpengaruh karena industri otomotif dan industri berbahan baku karet alam di Negeri Sakura itu terkena dampak bencana yang menewaskan puluhan ribu orang tersebut.
"Saat ini para importir karet menahan pembelian karet alam, sehingga harga karet ikut anjlok," katanya.
Ekspor karet Kalsel setiap tahun mencapai lebih dari 110.000 ton. Sebanyak 20% di antaranya diekspor langsung ke Jepang dan 25% ke China. Sisanya dipasok ke importir di Singapura, yang
sebagian juga memasok untuk kebutuhan industri Jepang.
Saat ini harga karet di tingkat petani Kalsel hanya Rp3.000 per kilogram, anjlok dari harga normal yang mencapai Rp16.000 hingga Rp18.000. Namun, menurut Iqbal, pihaknya optimistis harga karet akan kembali membaik seiring bangkitnya industri di Jepang dan semakin meningkatnya kebutuhan dunia akan komoditas karet, serta membaiknya harga minyak.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Kalsel Haryono mengatakan, selain pengaruh gempa dan tsunami Jepang, anjloknya harga karet juga disebabkan adanya Peraturan Pemerintah tentang Karet Bersih. "Sebagian besar karet rakyat kualitasnya rendah, sehingga banyak pabrik membeli dengan harga rendah," tuturnya.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, KAMIS, 24 MARET 2011