Bulan Mei, Harga Jual Biji Kakao Asal Mahulu Memuaskan
18 Mei 2016
Admin Website
Berita Daerah
5656
LONG LUNUK BARU. Memasuki musim panen pada bulan ini, banyak pekebun kakao di
Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu memanfaatkan pekarangan
rumahnya untuk menjemur biji kakao.
Jenau Avun (50 Th) yang telah lima tahun belakangan menjadi pengepul biji kakao masyarakat di Kampung Long Lunuk Baru mengatakan, dalam seminggu ini telah berhasil mengumpulkan sedikitnya 5 ton biji kakao.“Saya keliling kampung masuk ke ladang-ladang masyarakat untuk membeli biji kakao dengan harga Rp26.000 perkilonya,” ujarnya saat diwawancarai vivaborneo.com, Rabu (11/5).
Jenau mengungkapkan ongkos angkut yang harus ia keluarkan untuk membawa biji kakao menuju ibukota kabupaten di Ujoh Bilang sebesar Rp12 juta untuk satu kali angkut dengan kapasitas 5 ton menggunakan perahu cepat (speedboat).
"Dari Ujoh Bilang sampai Samarinda menjadi tanggung jawab pengepul selanjutnya. Biji kakao tersebut saya jual dengan harga Rp30.000 per kilonya kepada pengepul di Samarinda Seberang yaitu Haji Rustam," katanya.
Namun, dirinya menyayangkan menurunnya hasil produksi biji kakao karena berbagai faktor. Baik minimnya pengetahuan masyarakat untuk pemeliharaan ataupun serangan penyakit yang menyerang pohon kakao dan tidak ditangani dengan benar.
"Sebelumnya pernah mencapai 12 ton dalam seminggu, semoga kakao asal Mahulu dapat mencapai kejayaannya lagi," imbuh Jenau. (VB/RDG/*)
SUMBER : VIVA BORNEO, SELASA, 17 MEI 2016
Jenau Avun (50 Th) yang telah lima tahun belakangan menjadi pengepul biji kakao masyarakat di Kampung Long Lunuk Baru mengatakan, dalam seminggu ini telah berhasil mengumpulkan sedikitnya 5 ton biji kakao.“Saya keliling kampung masuk ke ladang-ladang masyarakat untuk membeli biji kakao dengan harga Rp26.000 perkilonya,” ujarnya saat diwawancarai vivaborneo.com, Rabu (11/5).
Jenau mengungkapkan ongkos angkut yang harus ia keluarkan untuk membawa biji kakao menuju ibukota kabupaten di Ujoh Bilang sebesar Rp12 juta untuk satu kali angkut dengan kapasitas 5 ton menggunakan perahu cepat (speedboat).
"Dari Ujoh Bilang sampai Samarinda menjadi tanggung jawab pengepul selanjutnya. Biji kakao tersebut saya jual dengan harga Rp30.000 per kilonya kepada pengepul di Samarinda Seberang yaitu Haji Rustam," katanya.
Namun, dirinya menyayangkan menurunnya hasil produksi biji kakao karena berbagai faktor. Baik minimnya pengetahuan masyarakat untuk pemeliharaan ataupun serangan penyakit yang menyerang pohon kakao dan tidak ditangani dengan benar.
"Sebelumnya pernah mencapai 12 ton dalam seminggu, semoga kakao asal Mahulu dapat mencapai kejayaannya lagi," imbuh Jenau. (VB/RDG/*)
SUMBER : VIVA BORNEO, SELASA, 17 MEI 2016