(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Gula Aren Dari Teluk Pandan

21 Januari 2010 Admin Website Artikel 5052
#img2# Sejumlah komoditi terus dikembangkan masyarakat. Bukan hanya menanam, namun juga memproduksi walaupun dengan alat sederhana. Pemasarannya pun sudah mengarah yang lebih baik, seperti super market di ibukota kabupaten maupun ke Bontang dan Samarinda. Setelah Bengalon yang berhasil memproduksi sirup jahe dengan kemasan yang menarik dan Rantau Pulung memiliki krupuk jengkolnya, kini giliran kecamatan Teluk Pandan yang berhasil membuat terobosan baru. Yakni membuat gula aren dengan berbagai kemasan, meski diproduksi secara sederhana.

Teluk Pandan yang selama ini dikenal sebagai penghasil cokelat, pisang dan padi, kini juga mulai memperkenalkan produk barunya yakni gula aren. Tanaman aren sudah ada di beberapa lokasi perkebunan milik masyarakat, kemudian buahnya diolah menjadi gula. Salah satu contoh yang mengolah gula aren adalah Hadrah di desa Kandolo kecamatan Teluk Pandan.

Melalui kelompok Nyiur Melambai, ia bersama rekan-rekannya membuat gula aren secara sederhana. Ada dua kemasan yang dilakukan dalam memproduksi gula aren. Yang pertama dibungkus secara alami berbentuk bulat dan piramide.

Sedangkan satunya lagi dikemas dengan bentuk bubuk dan dibungkus dengan plastik. "Melalui produksi ini, bisa menambah perekonomian keluarga," kata Ny Hadrah. Kenapa harus berupa bubuk dengan kemasan plastik? Menurut Hadrah, kemasan ini lebih efektif dan rapi juga memudahkan konsumen dalam menggunakannya. Untuk memasak tinggal menaburkan masakan yang ada. Demikian juga dengan membuat the atau kopi, tinggal meuangkan ke gelas. Atau dalam membuat kue, tidak perlu lagi mengira-ira atau menakar, karena kemasan gula aren sudah dibuat sedemikian rupa dengan ukuran tertentu.

Ny Hadrah mengaku, dengan meproduksi gula aren dalam berbagai kemasan pihaknya mampu meningkatkan pendapatan keluarga. Ini merupakan salah satu hasil perkebunan masyarakat yang terus dikembangkan. Ketika ditanya alat yang digunakan untuk memproduksi, ia mengaku hanya menggunakan alat sederhana. Jika menggunakan teknologi, masih pikir-pikir karena memerlukan modal yang tidak sedikit. "Kita masih menunggu bantuan dari dana CSR (corporate social responsibility) untuk membeli perlatan produksi," tambahnya.

Pihaknya ingin usaha yang ditekuni bersama kelompoknya itu bertambah maju dan berhasil dengan baik. Sehingga apa yang dilakukannya mampu menambah nilai tambah bagi masyarakat dan perekonomian keluarga. Melalui kerja kelompok seperti itu, masyarakat juga bisa diberdayakan. Antara lain pemilik kebun aren yang buahnya bisa dibeli dan diolah masyarakat pembuat gula. Selain bermanfaat juga mampu menambah selera makan bagi masyarakat.

DIKUTIP DARI KALTIM POST, RABU, 20 JANUARI 2010

Artikel Terkait