Pabrik CPO Baru Bisa Topang Ekonomi Kaltim
15 September 2016
Admin Website
Berita Daerah
3882
BALIKPAPAN. Laju perekonomian Kaltim hingga akhir tahun ini diperkirakan masih
berada di level kontraksi atau tumbuh minus. Hal itu tak lepas dari
proyeksi negatif atas kinerja ekspor komoditas dari sektor pertambangan.
Seperti diketahui, pertumbuhan negatif ekonomi yang tergambar dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kaltim terjadi sejak 2014 lalu. Tahun ini, pada dua triwulan berturut-turut, kontraksi berlanjut. Pada periode laporan tersebut, pertumbuhan ekonomi Kaltim dilaporkan tumbuh minus 1 persen dan 1,3 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
"Pertumbuhan ekonomi di Kaltim dan Kaltara sampai triwulan IV nanti diperkirakan masih terkontraksi, namun angkanya kemungkinan tidak sedalam periode awal tahun. Hal itu didorong peluang naiknya kinerja sektor pertambangan, seiring membaiknya harga komoditas di pasar ekspor," jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Mawardi Ritonga, dalam keterangan resminya.
Turunnya kinerja sektor pertambangan itu sejalan dengan dipangkasnya target produksi batu bara nasional oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Yakni dari 425 juta ton pada 2015 lalu, menjadi 419 juta ton pada tahun ini.
Dari sisi internal, lanjut dia, konsumsi rumah tangga akan terus menjadi penopang pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini. Meskipun, hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi Kaltim mengindikasikan adanya penurunan optimisme masyarakat terhadap ekspektasi kondisi ekonomi ke depan.
"Sementara itu, penurunan akan terus terjadi dari sisi konsumsi pemerintah, menyusul pemotongan anggaran dari pusat. Padahal sektor ini mestinya mampu memberi multiplier effect perekonomian pada triwulan IV nanti," lanjut dia.
Harapan lain atas perbaikan situasi ekonomi pada akhir tahun nanti, juga dating dari sektor pertanian, yang didominasi subsektor perkebunan. Hal ini tak lepas dari proyeksi naiknya permintaan dari beberapa pabrik minyak sawit mentah (CPO) baru yang baru mulai beroperasional pada pertengahan tahun ini. Di sisi lain, peningkatan tren harga tandan buah segar (TBS) sawit juga bisa menjadi kabar baik bagi perekonomian.
Kondisi itu juga diyakini bakal memberi efek terhadap naiknya kinerja di sektor industri pengolahan.
Sebagai informasi, dalam dua tahun ke depan, juga akan beroperasi 20 pabrik lagi, dengan kapasitas pengolahan sebesar 885 ton per hari. Penambahan kapasitas produksi CPO Kaltimra tahun 2016 diperkirakan mencapai 30 persen dari yang ada saat ini.
Namun demikian, pelemahan kinerja industri migas menjadi tantangan bagi kemajuan industri pengolahan Kaltim. Rendahnya input industri migas yang disebabkan oleh natural declining masih menjadi kendala utama bagi sektor ini.
"Secara umum, pertumbuhan ekonomi di Kaltim dan Kaltara pada triwulan IV 2016 antara minus 1,3 sampai minus 0,9 persen, dengan kecenderungan bias ke atas. Tahun ini, tak banyak perubahan, masih dalam fase kontraksi," pungkasnya. (man/lhl/k15)
SUMBER : KALTIM POST, KAMIS, 15 SEPTEMBER 2016
Seperti diketahui, pertumbuhan negatif ekonomi yang tergambar dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kaltim terjadi sejak 2014 lalu. Tahun ini, pada dua triwulan berturut-turut, kontraksi berlanjut. Pada periode laporan tersebut, pertumbuhan ekonomi Kaltim dilaporkan tumbuh minus 1 persen dan 1,3 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
"Pertumbuhan ekonomi di Kaltim dan Kaltara sampai triwulan IV nanti diperkirakan masih terkontraksi, namun angkanya kemungkinan tidak sedalam periode awal tahun. Hal itu didorong peluang naiknya kinerja sektor pertambangan, seiring membaiknya harga komoditas di pasar ekspor," jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Mawardi Ritonga, dalam keterangan resminya.
Turunnya kinerja sektor pertambangan itu sejalan dengan dipangkasnya target produksi batu bara nasional oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Yakni dari 425 juta ton pada 2015 lalu, menjadi 419 juta ton pada tahun ini.
Dari sisi internal, lanjut dia, konsumsi rumah tangga akan terus menjadi penopang pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini. Meskipun, hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi Kaltim mengindikasikan adanya penurunan optimisme masyarakat terhadap ekspektasi kondisi ekonomi ke depan.
"Sementara itu, penurunan akan terus terjadi dari sisi konsumsi pemerintah, menyusul pemotongan anggaran dari pusat. Padahal sektor ini mestinya mampu memberi multiplier effect perekonomian pada triwulan IV nanti," lanjut dia.
Harapan lain atas perbaikan situasi ekonomi pada akhir tahun nanti, juga dating dari sektor pertanian, yang didominasi subsektor perkebunan. Hal ini tak lepas dari proyeksi naiknya permintaan dari beberapa pabrik minyak sawit mentah (CPO) baru yang baru mulai beroperasional pada pertengahan tahun ini. Di sisi lain, peningkatan tren harga tandan buah segar (TBS) sawit juga bisa menjadi kabar baik bagi perekonomian.
Kondisi itu juga diyakini bakal memberi efek terhadap naiknya kinerja di sektor industri pengolahan.
Sebagai informasi, dalam dua tahun ke depan, juga akan beroperasi 20 pabrik lagi, dengan kapasitas pengolahan sebesar 885 ton per hari. Penambahan kapasitas produksi CPO Kaltimra tahun 2016 diperkirakan mencapai 30 persen dari yang ada saat ini.
Namun demikian, pelemahan kinerja industri migas menjadi tantangan bagi kemajuan industri pengolahan Kaltim. Rendahnya input industri migas yang disebabkan oleh natural declining masih menjadi kendala utama bagi sektor ini.
"Secara umum, pertumbuhan ekonomi di Kaltim dan Kaltara pada triwulan IV 2016 antara minus 1,3 sampai minus 0,9 persen, dengan kecenderungan bias ke atas. Tahun ini, tak banyak perubahan, masih dalam fase kontraksi," pungkasnya. (man/lhl/k15)
SUMBER : KALTIM POST, KAMIS, 15 SEPTEMBER 2016