Pemerintah Kurang Serius Dukung Sawit
17 Agustus 2012
Admin Website
Artikel
3703
JAKARTA. Meski sudah memberikan kontribusi besar
terhadap bangsa dan negara, industri kelapa sawit belum mendapat
dukungan memadai dari pemerintah. Bea keluaran (BK) minyak sawit mentah
(crude palm oil/CPO) yang diterapkan, tiadanya perhatian terhadap
penelitian dan pengembangan bibit sawit, dan peraturan yang tumpang
tindih merupakan sejumlah contoh betapa sektor kelapa sawit yang
menyerap 3,5 juta tenaga kerja dan menjadi primadona ekspor nonmigas
dibiarkan tercecer oleh pemerintah.
Kontribusi sawit yang sangat besar terhadap perekonomian nasional saat ini adalah berkat kebijakan pemerintah pada beberapa decade lalu, bukan hasil kebijakan pemerintah saat ini. Jika tidak ada kebijakan yang mendukung, bukan tidak mungkin nasib sawit nantinya seperti gula, teh, dan karet. Pada masa lalu, Indonesia menjadi eksportir terbesar tiga komoditas itu.
Kini, Indonesia menjadi importir. Negara lain di sepanjang garis Khatulistiwa seper ti Brasil berpotensi besar menjadi produsen dan eksportir nomor satu CPO dan produk turunannya.
"Jangan sampai nasib sawit seperti karet, gula, dan teh. Indonesia tidak lagi menjadi produsen dan eksportir terbesar," kata ekonom Fadhil Hasan pada acara Diskusi Ringan tentang Masa Depan Industri Sawit yang digelar para pengusaha yang terhimpun dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (13/8).
Diskusi yang dipandu Fadhil Hasan itu menghadirkan Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Asmar Arsjad, anggota Komisi VII DPR Erik Satria Wardhana, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, dan Pemimpin Redaksi Investor Daily Primus Dorimulu.
DIKUTIP DARI DAILY INVESTOR, SELASA, 14 AGUSTUS 2012
Kontribusi sawit yang sangat besar terhadap perekonomian nasional saat ini adalah berkat kebijakan pemerintah pada beberapa decade lalu, bukan hasil kebijakan pemerintah saat ini. Jika tidak ada kebijakan yang mendukung, bukan tidak mungkin nasib sawit nantinya seperti gula, teh, dan karet. Pada masa lalu, Indonesia menjadi eksportir terbesar tiga komoditas itu.
Kini, Indonesia menjadi importir. Negara lain di sepanjang garis Khatulistiwa seper ti Brasil berpotensi besar menjadi produsen dan eksportir nomor satu CPO dan produk turunannya.
"Jangan sampai nasib sawit seperti karet, gula, dan teh. Indonesia tidak lagi menjadi produsen dan eksportir terbesar," kata ekonom Fadhil Hasan pada acara Diskusi Ringan tentang Masa Depan Industri Sawit yang digelar para pengusaha yang terhimpun dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (13/8).
Diskusi yang dipandu Fadhil Hasan itu menghadirkan Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Asmar Arsjad, anggota Komisi VII DPR Erik Satria Wardhana, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, dan Pemimpin Redaksi Investor Daily Primus Dorimulu.
DIKUTIP DARI DAILY INVESTOR, SELASA, 14 AGUSTUS 2012