630 Hektare untuk Sorgum
16 Mei 2008
Admin Website
Artikel
3406
"Kebetulan kami juga mengembangkan komoditi karet seluas 630 ha," ujar Kepala Dinas Pertanian Balikpapan, Chaidar CH, usai mengikuti presentasi tim Ditjen Tanaman Pangan di Kantor Bappeda Pemkot, Kamis (15/5).
Masa produksi karet selama lima tahun. Kemudian ada masa tenggangnya, maka lahan bisa dimanfaatkan petani untuk menaman sorgum. Menurut Chaidar, jarak tanam pohon karet antara 4-5 meter. Di antara pohon karet itu bisa disisipkan tanaman sorgum. Wilayah yang akan ditanami sorgum yakni Teritip, Lamaru, dan Karang Joang.
Untuk saat ini, anggarannya belum bisa tentukan karena Dinas Pertanian masih berkonsenstrasi pada komoditi karet. "Kami berharap perusda membantu petani untuk pembelian bibit dan menjual hasil panen melalui rekanan perusda," tambah Chaidar. (m19)
Tak Kalah dengan Beras
MEMPERKUAT ketahanan pangan nasional perlu melalui diversifikasi (penggolongan) pangan dengan penyediaan pangan alternatif, agar masyarakat tidak bergantung hanya pada beras. Ini dikemukakan Kasubdit Serealia Lain Ditjen Tanaman Pangan, Ir Risda Yulita MM, di hadapan jajaran Dinas Pertanian dan pengusaha bidang pertanian di Kantor Bappeda pemkot, Kamis (15/5). Sorgum tidak hanya sebagai pangan alternatif. Penanamannya memanfaatkan lahan-lahan yang belum optimal digarap. Hebatnya lagi, kata Risda, lahan yang baru ditanami bisa panen satu atau dua kali dalam setahun. "Sorgum pertama kali di tanam di Madura, ternyata panen kedua kalinya meningkat hingga 25 persen," ungkapnya.
Risda menjelaskan, potensi sorgum mudah tumbuh pada lahan marginal, toleran terhadap kondisi kekeringan dan genangan. "Melihat tekstur tanah di Balikpapan maupun Kaltim keseluruhan, tanaman ini tetap bisa tumbuh dengan baik," jelasnya.
Risda menambahkan, lahan kosong, lahan marginal potensial kritis, semi kritis dan kritis sekalipun dapat digunakan. Sorgum juga multiguna sebagai bahan pangan dan bahan industri serta membuka potensi pasar yang luas. Limbah tanamannya dapat dijadikan pakan ternak.
Kandungan nutrisi sorgum tidak kalah dibanding dengan beras, jagung dan terigu (lihat boks). Secara nasional, kata Risa, pemerintah berlakukan program sorgum berjangka. Jangka pendek tahun 2008 masih pada peningkatan produksi dan poduktivitas, penguatan kelembagaan dan penerapan teknologi. Jangka menengah tahun 2015 sudah terjadi diversifikasi pangan menjadi ketahanan pangan dan substitusi biofuel. Kemudian jangka panjang tahun 2025 sudah menjadikan desa industri.
DIKUTIP DARI TRIBUN KALTIM, JUMAT, 16 MEI 2008